Suatu hari, ketika aku masih
berumur 2 tahun, dokter menemukan ada gigi tumbuh tak lazim di rahang atasku.
Aku terpaksa harus cabut gigi. Rasanya sakit sekali. Sakit. Aku yakin itu rasa
sakit yang paling sakit yang pernah kurasakan.
Saat aku berumur 5 tahun aku
pernah mengalami kecelakaan. Kecelakaan yang lumayan hebat. Tertabrak sebuah
motor yang melaju kencang hingga aku yang saat itu menyeberang jalan bersama
ayahku terlempar dari gendongan ayahku. Aku terlempar dan terjerembab mencium
aspal. Wajahku, tanganku, lututku, semua terluka penuh darah. Aku menangis
sekeras-kerasnya. Aku pikir itu rasa yang paling sakit yang akan kurasakan
dalam hidupku bukan cabut gigi.
Ternyata aku salah, saat aku
berumur 6 tahun. Ya, baru setahun setelah kecelakaan itu. Pelipis mata kananku
membentur kaca jendela rumahku, sampai aku harus dijahit. Darah mengocor dari
pelipis mataku. Bekas luka itu hingga kini masih tampak di wajahku. Ini hal
yang paling sakit, bukan kecelakaan itu.
Lagi-lagi aku salah. Itu
bukan yang tersakit. Waktu itu aku masih kelas 4 SD, umur ku hampir 10 tahun.
Aku jatuh terseret motor saat sepulangsekolah yang menyebabkanku tidak masuk
sekolah selama beberapa hari. Rasanya sakittttttttttttt. Sakit banget.
Tapi kau tahu, setelah aku
beranjak dewasa aku baru sadar apa yang paling menyakitkan. Bukan cabut gigi,
bukan jatuh bukan juga kecelakaan. Aku salah beberapa kali setelah aku
menyangka rasa sakitku sewaktu kecil adalah rasa tersakit yang pernah
ada. Aku salah besar.
Apa kau tahu rasa tersakit
yang pernah ada? Yang benar-benar sakit? Bukan hanya perasaan saja bukan hanya
prasangka saja tapi memang benar-benar sakit? Jauh lebih sakit dari semua hal
yang kualami di masa kecilku? Kamu tahu?
Itu adalah sakit hati
karena CINTA. Rasanya jauh lebih sakit dari pada cabut gigi, terjatuh ataupun
kecelakaan. Aku rela harus cabut gigi sampai semua gigiku habis asalkan aku
tidak pernah menjumpai sakit hati. Aku rela aku terjatuh setiap hari asalkan
Tuhan hapus rasa sakit hati di dunia ini. Aku rela kecelakaan hingga
berdarah-darah asalkan Tuhan tidak pernah menciptakan rasa patah hati. Andai
anak kecil mengerti sakitnya cinta, mereka tidak akan pernah berharap segera
dewasa.
Sakit hati itu proses pendewasaan sayang :) just be brave to realize
BalasHapus