Kamis, 28 Februari 2013

Surat Buat Anda Yang Terhormat


Selamat malam Anda yang terhormat yang membuat saya penat :)
Apa kabar? Semoga baik ya. Ini ada pesan dari saya, tolong dibaca siapa tahu surat ini bisa Anda jadikan cermin dan mengintrospeksi diri anda agar lebih melihat peka tentang keadaan sekitar anda. Tidak ada maksud apa-apa, hanya mengingatkan saja. Untuk bagian akhir saya serahkan sepenuhnya kepada Anda, silahkan anda menyimpulkan sendiri tentang maksud surat ini. Semoga Anda pintar :)
“Sebuah cerita tidak akan bisa menjadi cerita yang utuh dan bisa diceritakan  jika tidak ada yang memulai menulis lembar pertamanya. Maukah menulis bersama? Mungkin cerita tentang kita? Kalau tidak, itu bukan masalah, itu hak Anda. Maaf sudah menjadi tokoh tak diundang ke buku cerita anda dan baiklah bagaimana kalau saya akan pergi sekarang saja.  Tetapi ingat, cerita tentang kita belum tertulis dan belum mencerita. Jika suatu hari anda ingin membuat cerita itu, mulailah menulis dulu. Tidak etis dan tidak pantas kalau wanita yang harus memulai menulis, sekalipun emansipasi dan modernisasi sudah mendunia. Jika anda tidak ingin memulai menulis cerita, jangan membuka buku lalu membiarkannya terbuka terlalu lama untuk menunggu kepastian yang tidak pasti , buku itu lama-lama akan usang, berdebu, kotor, rapuh,  karena ketidakpastian anda. Segeralah menulis  atau silahkan tutup bukunya. Kepastian, bukan harapan. Jangan buka bukunya jika Anda tidak benar-benar yakin untuk menulis ceritanya.”
Sudah? Bagaimana? Cukup mencolek Anda? Cukup membuat Anda lebih paham tentang keadaan? Cukup membuat Anda menyadari apa yang terjadi? Cukup? Ya sudah, Terima kasih :)

Malang, 28 Januari 2013, Tertanda
Sebuku yang menunggu kepastian bukan harapan

2 komentar:

  1. masih bisa pantas dan etis kok. Khadijah jg dtg duluan ke Muhammad ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi sayangnya saya Era Mardhika bukan Khadijah. Jauh bedanya :') Lagi pula saya masih remaja kak, masih labil. Suratnya saya kira sudah tidak berlaku lagi sekarang hehe

      Hapus